PENGEMBANGAN KURIKULUM
MUATAN LOKAL
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata
Kuliah Penembangan kurikulum
Yang Dibimbing Oleh Dra. Hj. St.
Rodliyah, M.Pd
Disusun Oleh:
Kelompok IIa
Mar’ah
Qonitatillah (084101327)
Nur Inayah R. (084101166)
Muhammad Washil (084101177)
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Jurusan Tarbiyah
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM JEMBER
(STAIN) JEMBER
November, 2011
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah
Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam tidak lupa kami ucapkan untuk junjungan
kita Nabi Besar Muhammad SAW. Kami bersyukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan hidayah serta taufik-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini.
Makalah ini berisikan
tentang “Dinasti Bani Umayyah”. Kami menyadari makalah yang dibuat ini tidaklah
sempurna. Oleh karena itu, apabila ada kritik dan saran yang bersifat membangun
terhadap makalah ini, kami sangat berterima kasih.
Demikian makalah ini kami
susun. Semoga dapat berguna untuk kita semua. Amin.
Jember,
5 Desember 2011
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................ 1
C. Tujuan................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN
a. Pengertian muatan lokal...................................................... 3
b. Tujuan kurikulum dan
pembelajaran muatan lokal.............. 4
c. Pengembangan kurikulum muatan
lokal............................. 5
d. Fungsi muatan lokal dalam
kurikulum................................ 7
e. Langkah-langkah pengembangan
muatan lokal.................. 8
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Indonesia
yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang terdiri dari keanekaragaman
multikultur (adat istiadat, tata cara, bahasa, kesenian, kerajinan,
keterampilan daerah, dan lain-lain) merupakan ciri khas yang memperkaya
nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia. Oleh karena itu keanekaragaman tersebut
harus selalu dilestarikan dan dikembangkan dengan tetap mempertahankan
nilai-nilai luhur bangsa Indonesia melalui upaya pendidikan.
Pengenalan
keadaan lingkungan, sosial, dan budaya kepada peserta didik memungkinkan mereka
untuk lebih mengakrabkan dengan lingkungannya. Pengenalan dan pengembangan
lingkungan melalui pendidikan diarahkan untuk menunjang peningkatan kualitas
sumber daya manusia, dan pada akhirnya diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
peserta didik. Sekolah sebagai tempat program pendidikan, merupakan bagian dari
masyarakat. Oleh karena itu, program pendidikan di sekolah perlu memberikan
wawasan yang luas pada peserta didik tentang kekhususan yang ada di
lingkungannya. Sehingga perlulah disusun mata pelajaran yang berbasis pada
muatan lokal yang disusun oleh sekolah yang disesuaikan dengan lingkungan
daerah masing-masing.
B.
Rumusan Masalah
Dari penjabaran di atas dapat di ambil suatu rumusan masalah sebagai
berikut :
f.
Apa Pengertian
muatan lokal ?
g.
Apa Tujuan kurikulum dan pembelajaran muatan lokal?
h.
Bagaimana Pengembangan kurikulum muatan lokal?
i.
Apa Fungsi muatan lokal dalam kurikulum?
j.
Bagaimana
langkah-langkah pengembangan muatan lokal?
C.
Tujuan
a. Untuk
mengetahui pengertian muatan lokal.
b. Untuk
mengetahui tujuan kurikulum dan pembelajaran muatan lokal.
c. Untuk
mengetahui pengembangan kurikulum muatan lokal.
d. Untuk
mengetahui fungsi muatan lokal dalam kurikulum.
e. Untuk
mengetahui langkah-langkah pengembangan muatan lokal.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Muatan Lokal
Menurut
Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan
nomor 0412/U/1987 tanggal 11 Juli 1987, yang dimaksud dengan kurikulum muatan
lokal ialah program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan
dengan lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya serta kebutuhan
daerah dan wajib dipelajari oleh murid didaerah tersebut.[1]
Yang
dimaksud lingkungan alam adalah lingkungan alamiah yang ada di sekitar
kehidupan kita, berupa benda-benda mati yang terbagi dalam empat kelompok
lingkungan, yaitu: 1) pantai, 2) dataran rendah termasuk di dalamnya daerah
aliran sungai, 3) dataran tinggi, dan 4) pegunungan atau gunung. Dengan kata
lain, lingkungan alam adalah lingkungan hidup dan tidak hidup tempat makhluk
hidup tinggal dan membentuk ekosistem.
Sedangkan
lingkungan sosial adalah lingkungan di mana terjadi interaksi orang per orang
dengan kelompok sosial atau sebaliknya, dan antara kelompok sosial dengan
kelompok lain. Pendidikan sebagai lembaga sosial dalam sstem sosial di laksanakan
di sekolah, keluarga dan masyarakat, dan itu perlu di kembangkan di daerah
masing-masing. PP No.28/1990 menunjukkan perlunya perencanaan kurikulum lokal
yang bermuara pada hal yang berkaitan dengan tujuan pendidikan nasional dan
pembangunan bangsa.
Selanjutnya,
lingkungan budaya adalah daerah dalam pola kehidupan masyarakat yang berbentuk
bahasa daerah, seni daerah, adat-istiadat daerah, serta tatacara dan tatakrama
khas daerah. Linkungan social dalam pola kehidupan daerah berbentuk
lembaga-lembaga msyarakat dengan peraturan-peraturan yang ada dan berlaku di
daerah itu di mana sekolah dan peserta didik berada.[2]
Menurut
sejarah, sebelum ada sekolah formal, pendidikan yang berprogram muatan lokal
telah dilaksanakan oleh para orang tua peserta didik dengan metode drill dan
dengan trial and error serta berdasarkan berbagai pengalaman yang
mereka hayati. Tujuan pendidikan
mereka terutama agar anak-anak mereka dapat mandiri dalam kehidupan. Bahan yang
diajarkan ialah bahan yang diambil dari berbagai keadaan yang ada dialam
sekitar. Sedang kriteria keberhasilannya ditandai mereka telah dapat hidup
mandiri.[3]
B.
Tujuan
Kurikulum dan Pembelajaran Muatan Lokal
Secara
umum muatan lokal bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan keterampilan dan
sikap hidup kepada peserta didik agar memiliki wawasan yang mantap tentang
lingkungan dan masyarakat sesuai dengan nilai yang berlaku di daerahnya dan
mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional.
(Depdiknas, 2006).
Lebih
lanjut dikemukakan, bahwa secara khusus pengajaran muatan lokal bertujuan agar
peserta didik:
1.
Mengenal dan
menjadi lebih akrab dengan lingkugan alam, sosial, dan budayanya.
2.
Memiliki bekal
kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna
bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya.
3.
Memiliki sikap
dan perilaku dan selaras dengan nilai-nilai atau aturan-aturan yang berlaku di
daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya
setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional.[4]
Tujuan
penerapan muatan lokal pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kelompok tujuan,
yaitu tujuan langsung dan tujuan tidak langsung. Tujuan langsung adalah tujuan
dapat segera dicapai. Sedangkan tujuan tidak langsung merupakan tujuan yang
memerlukan waktu yang relatif lama untuk mencapainya. Tujuan tidak langsung
pada dasarnya merupakan dampak dan tujuan langsung.
a. Tujuan langsung
1.
Bahan pengajaran lebih mudah diserap oleh murid.
2.
Sumber belajar di daerah dapat lebih dimanfaatkan
untuk kepentingan pendidikan.
3.
Murid dapat menerapkanpengetahuan dan keterampilan
yang dipelajarinya untuk memecahkan masalah yang ditemukan di sekitarnya.
4.
Murid lebih mengenal kondisi alam, lingkungan
sosial dan lingkungan budaya yang terdapat di daerahnya.
b. Tujuan tak
langsung
1.
Murid dapat meningkatkan pengetahuan mengenai
daerahnya.
2.
Murid diharapkan dapat menolong orang tuanya dan menolong dirinya sendiri
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
3.
Murid menjadi akrab dengan lingkungannya dan terhindar dari keterasingan
terhadap lingkungannya sendiri.[5]
C.
Pengembangan
Kurikulum Muatan Lokal
Akhir-akhir
ini, pendidikan nasional sedang dihadapkan pada berbagai perubahan. Dari
berbagai faktor yang mempengaruhinya tidak ada yang lebih mendasar dibandingkan
dengan perubahan yang terjadi dalam kurikulum. Perubahan dalam kurikulum telah
berpengaruh secara langsung terhadap pemerataan pendidikan, dan distribusi
sumber belajar, serta sarana dan prasarana pendidikan.
Kurikulum
sebagai rancangan pendidikan memiliki kedudukan yang sangat sentral dalam
seluruh kegiatan pembelajaran, yang menentukan proses dan hasil belajar.
Mengingat pentingnya peranan kurikulum dalam pembelajaran, serta dalam
pembentukan kompetensi dan pribadi peserta didik dan dalam perkembangan
kehidupan masyarakat pada umumnya, maka pembinaan dan pengembangan kurikulum
tidak dapat dilakukan secara sembarangan, tetapi memerlukan landasan yang kuat
berdasarkan hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Demikian halnya
dalam pengembangan kurikulum muatan lokal.
Dimasukkannya
muatan lokal dalam kurikulum pada dasarnya dilandasi oleh kenyataan bahwa
Indonesia memiliki beraneka ragam adat istiadat, kesenian, tata cara, tata
krama pergaulan, bahasa, dan pola kehidupan yang diwariskan secara turun
temurun dari nenek moyang bangsa Indonesia. Hal tersebut tentunya perlu
dilestarikan dan dikembangkan, agar bangsa Indonesia tidak kehilangan ciri khas
dan jati dirinya. Upaya menjaga ciri khas bangsa Indonesia harus dimulai sedini
mungkin pada usia pra sekolah kemudian diintensifkan secara formal melalui
pendidikan di sekolah dasar, di sekolah menengah, sampai perguruan tinggi.
Dengan demikian proses pendidikan tidak hanya menyajikan bidang studi-bidang
studi (programe of studies) yang bisa ditayangkan dalam jadwal pelajaran
tetapi juga terpenting adalah mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik
melalui proses berpikir yang efektif dan efisien (Renik and Klopfer, 1989:
1-3).
Sekolah
sebagai tempat berlangsungnya proses pendidikan merupakan bagian dari
masyarakat. Oleh karena itu, program pendidikan di sekolah perlu memberikan
wawasan yang luas pada peserta didik tentang karakteristik dan kekhususan yang
ada di lingkungannya. Pengenalan keadaan lingkungan alam, sosial dan budaya kepada
peserta didik di sekolah memberikan kemungkinan kepada mereka untuk akrab, dan
terhindar dari keterasingan terhadap lingkungannya. Pengenalan dan pengembangan
lingkungan melalui pendidikan diarahkan untuk menunjang peningkatan kualitas
sumber daya manusia, dan pada akhirnya diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
peserta didik. Dalam kerangka inilah perlunya dikembangkan kurikulum muatan
lokal.[6]
D.
Fungsi
Muatan Lokal dalam Kurikulum
·
Fungsi
Penyesuaian
Sekolah berada dalam lingkungan
masyarakat. Karena itu program-program sekolah harus disesuaikan dengan
lingkungan Demikian pula pribadi-pribadi yang ada dalam sekolah hidup dalam
lingkungan, sehingga perlu diupayakan agar pribadi dapat menyesuaikan diri dan
akrab dengan lingkungannya.
·
Fungsi Integrasi
Murid merupakan bagian integral dari
masyarakat, karena itu muatan lokal harus merupakan program pendidikan yang be
rfungsi untuk mendidik pribadi-pribadi yang akan memberikan sumbangan kepada
masyarakat atau berfungsi untuk membentukdan mengi ntegrasikan pribadi kepada
masyarakat.
·
Fungsi Perbedaan
Pengakuan atas perbedaan berarti pula
memberi kesempatan bagi pribadi untuk memilih apa yang diinginkannya. Karena
itu muatan lokal harus merupakan program pendidikan yang bersifat luwes, yang
dapat memberikan pelayanan terhadap perbedaan minat dan kemampuan murid. Ini
tidak berarti mendidik pribadi menjadi orang yang individualistik tetapi muatan
lokal harus dapat berfungsi mendorong pribadi ke arah kemajuan sosialnya dalam
masyarakat.[7]
E.
Langkah-langkah
Pengembangan Muatan Lokal
Proses Pengembangan Mata Pelajaran Muatan lokal
pengembangannya sepenuhnya ditangani oleh sekolah dan komite sekolah yang
membutuhkan penanganan secara profesional dalam merencanakan, mengelola, dan
melaksanakannya. Dengan demikian di samping mendukung pembangunan daerah dan
pembangunan nasional, perencanaan, pengelolaan, maupun pelaksanaan muatan lokal
memperhatikan keseimbangan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.
Penanganan secara profesional muatan lokal merupakan tanggung jawab pemangku
kepentingan (stakeholders) yaitu sekolah dan komite sekolah. Pengembangan Mata
Pelajaran Muatan Lokal oleh sekolah dan komite sekolah dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Mengidentifikasi
keadaan dan kebutuhan daerah
Kegiatan ini dilakukan untuk menelaah dan mendata
berbagai keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Data tersebut dapat
diperoleh dari berbagai pihak yang terkait di daerah yang bersangkutan seperti
Pemda/Bappeda, Instansi vertikal terkait, Perguruan Tinggi, dan dunia
usaha/industri. Keadaan daerah seperti telah disebutkan di atas dapat ditinjau
dari potensi daerah yang bersangkutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi,
budaya, dan kekayaan alam. Kebutuhan daerah dapat diketahui antara lain dari:
a.
Rencana
pembangunan daerah bersangkutan termasuk prioritas pembangunan daerah, baik
pembangunan jangka pendek, pembangunan jangka panjang, maupun pembangunan
berkelanjutan (sustainable development).
b.
Pengembangan
ketenagakerjaan termasuk jenis kemampuankemampuan dan keterampilan-keterampilan
yang diperlukan.
c.
Aspirasi
masyarakat mengenai pelestarian alam dan pengembangan daerahnya, serta
konservasi alam dan pemberdayaannya.
2.
Menentukan
fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokal
Berdasarkan kajian dari beberapa sumber seperti di
atas dapat diperoleh berbagai jenis kebutuhan. Berbagai jenis kebutuhan ini
dapat mencerminkan fungsi muatan lokal di daerah, antara lain untuk:
a.
Melestarikan dan
mengembangkan kebudayaan daerah.
b.
Meningkatkan
keterampilan di bidang pekerjaan tertentu.
c.
Meningkatkan
kemampuan berwiraswasta.
d.
Meningkatkan
penguasaan bahasa Inggris untuk keperluan sehari-hari.
3.
Mengidentifikasi
bahan kajian muatan lokal
Kegiatan ini pada dasarnya untuk mendata dan
mengkaji berbagai kemungkinan muatan lokal yang dapat diangkat sebagai bahan
kajian sesuai dengan dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Penentuan bahan
kajian muatan lokal didasarkan pada criteria berikut:
a.
Kesesuaian
dengan tingkat perkembangan peserta didik.
b.
Kemampuan guru
dan ketersediaan tenaga pendidik yang diperlukan.
c.
Tersedianya
sarana dan prasarana.
d.
Tidak
bertentangan dengan agama dan nilai luhur bangsa.
e.
Tidak
menimbulkan kerawanan sosial dan keamanan.
f.
Kelayakan
berkaitan dengan pelaksanaan di sekolah.
g.
Lain-lain yang
dapat dikembangkan sendiri sesuai dengan kondisi dan situasi daerah.
4.
Menentukan Mata
Pelajaran Muatan Lokal
Muatan Lokal Berdasarkan bahan kajian muatan lokal
tersebut dapat ditentukan kegiatan pembelajarannya. Kegiatan pembelajaran ini
pada dasarnya dirancang agar bahan kajian muatan lokal dapat memberikan bekal
pengetahuan, keterampilan dan perilaku kepada peserta didik agar mereka
memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan
masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerahnya dan
mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional. Kegiatan
ini berupa kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan
dengan ciri khas, potensi daerah, dan prospek pengembangan daerah termasuk
keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata
pelajaran yang ada. Serangkaian kegiatan pembelajaran yang sudah ditentukan
oleh sekolah dan komite sekolah kemudian ditetapkan oleh sekolah dan komite
sekolah untuk dijadikan nama mata pelajaran muatan lokal. Substansi muatan
lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.
5.
Mengembangkan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta silabus, dengan mengacu pada
Standar Isi yang ditetapkan oleh BSNP.
a.
Pengembangan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar adalah langkah awal dalam membuat mata
pelajaran muatan lokal agar dapat dilaksanakan di sekolah.
Adapun
langkahlangkah dalam mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar
adalah sebagai berikut:
1) Pengembangan
Standar Kompetensi Standar kompetensi adalah menentukan kompetensi yang didasarkan
pada materi sebagai basis pengetahuan.
2)
Pengembangan
Kompetensi Dasar Kompetensi dasar merupakan kompetensi yang harus dikuasai
siswa. Penentuan ini dilakukan dengan melibatkan guru, ahli bidang kajian, ahli
dari instansi lain yang sesuai.
b.
Pengembangan
silabus secara umum mencakup:
1)
Mengembangkan
indikator.
2)
Mengidentifikasi
materi pembelajaran.
3)
Mengembangkan
kegiatan pembelajaran.
4)
Pengalokasian
waktu.
5)
Pengembangan
penilaian.
6)
Menentukan
Sumber Belajar.[8]
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kurikulum muatan lokal
ialah program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan
lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah
dan wajib dipelajari oleh murid didaerah tersebut. Muatan lokal dalam kurikulum
pada dasarnya dilandasi oleh kenyataan bahwa Indonesia memiliki beraneka ragam
adat istiadat, kesenian, tata cara, tata krama pergaulan, bahasa, dan pola
kehidupan yang diwariskan secara turun temurun dari nenek moyang bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, program pendidikan di sekolah perlu memberikan wawasan yang
luas pada peserta didik tentang karakteristik dan kekhususan yang ada di
lingkungannya. Pengenalan keadaan lingkungan alam, sosial dan budaya kepada
peserta didik di sekolah memberikan kemungkinan kepada mereka untuk akrab, dan
terhindar dari keterasingan terhadap lingkungannya. Pengenalan dan pengembangan
lingkungan melalui pendidikan diarahkan untuk menunjang peningkatan kualitas
sumber daya manusia, dan pada akhirnya diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
peserta didik. Dalam kerangka inilah perlunya dikembangkan kurikulum muatan
lokal.
Fungsi Muatan Lokal
dalam Kurikulum ada tiga: fungsi penyesuaian, fungsi integrasi, fungsi
perbedaan. Adapun langkah-langkah pengembangan kurikulum muatan lokal meliputi:
mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah, Menentukan fungsi dan susunan
atau komposisi muatan lokal, Mengidentifikasi bahan kajian muatan lokal,
Menentukan Mata Pelajaran Muatan Lokal, Mengembangkan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar serta silabus, dengan mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan
oleh BSNP.
DAFTAR PUSTAKA
Idi, Abdullah. 2010. Pengembangan
Kurikulum Teori dan Praktek. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Dakir. 2004. Perencanaan
dan Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Mulyasa. 2010. Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sumber-sumber lain:
http://wahyudi.staff.fkip.uns.ac.id/2010/11/01/pengembangan-kurikulum-muatan-lokal-di-sekolah/
[2] Abdullah Idi, Pengembangan
Kurikulum Teori dan Praktek (Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2010), 260-261.
[3] Ibid, 103.
[4] Mulyasa, Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), 274.
[5] http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2008/12/kurikulum-muatan-lokal.html
[8]
http://wahyudi.staff.fkip.uns.ac.id/2010/11/01/pengembangan-kurikulum-muatan-lokal-di-sekolah/